Salam Pak Presiden…
Hompimpa alaium gamreng, begitulah bunyi awal permainan tradisional yang sering kita dengar saat kita masih kecil atau bahkan anak-anak kita sekarang ini. Mereka melakukan itu untuk menentukan salah satu yang menjadi pemenang atau kadang menjadi “kucing” pesakitan. Saya jadi ingat dengan kata yang sering saya dengar beberapa waktu lalu saat pemilu, yah, kata itu bernama demokrasi. Sebuah kata yang buat kami artinya begitu sangat sederhana, mencari pemimpin baru atau menentukan keputusan baru, itulah yang kami pahami. Kadang saya bertanya apakah hompimpa adalah demokrasi?
Pak Jokowi, pemilihan Presiden telah berlalu dan Bapak dinyatakan sebagai pemenang, hingar bingar pilpres itu telah selesai, teriakan-teriakan massa saat kampanye-pun tak terdengar lagi, bahkan potret-potret Bapak dan pasangan lain kini tak tampak menghiasi sudut-sudut kota dan tikungan jalan.
Buat saya selesainya pemilu merupakan suatu kebahagiaan yang tiada terkira, kebahagiaan itu salah satunya adalah saya memiliki wakil baru dan Presiden baru, Bapaklah orangnya, alhamdulillah. Kebahagiaan lain yang saya dapatkan adalah saya tak lagi melihat pohon-pohon di tepi jalan dipaku untuk memasang poster, tak lagi terlihat status-status di timeline media sosial yang saling memojokan dan menjatuhkan, bahkan informasi yang belum benar adanya.
Tugas Bapak sebagai Presiden nanti sangatlah besar, menjalankan pemerintahan selama 5 tahun bukanlah hal yang mudah, pertanggung jawabannya tidak hanya kepada MPR ataupun DPR, juga kepada rakyat yang telah memilih Bapak dan yang terpenting adalah pertanggung jawaban kepada Allah SWT.
Salah satu tugas Bapak kelak adalah menyelenggarakan pemilu kembali 5 tahun yang akan datang, banyak pelajaran yang bisa diambil dari pemilu tahun ini sebagai bahan perbaikan di tahun mendatang, tidak hanya bicara sistem, metode atau apalah itu, tetapi yang terpenting adalah kebersamaan dan persatuan bangsa yang terjaga utuh, pemilu sebagai pesta demokrasi tidak lagi menjadi ajang saling mencemooh, sungguh jauh dari kata pesta yang seharusnya bertebar kebahagiaan.
Belajar demokrasi dari anak kecil bukan berarti kita menjadi anak kecil, tetapi banyak yang bisa kita ambil dari sekedar teriakan hompimpa alaium gambreng, saat mereka mencari seorang untuk dipilih sebagai lakon, mereka tetap ceria dan bahagia, dengan metode yang sangat sederhana justru mereka lebih lapang dada menerima setiap hasil dari sebuah proses hompimpa, tak ada saling suap, tak ada saling sogok, bahkan mereka tak mengenal politik uang, tak ada saling mencemooh dan kalaupun muncul kekanak-kanakanya dalam bentuk bertengkar mereka akan akur kembali beberapa saat, mereka lakukan demi satu tujuan yaitu permainan tradisional berjalan dengan baik, ada saatnya seseorang kalah ada saatnya menang.
Jika permainan tradisional adalah sebuah analogi dari kehidupan berbangsa dan hompimpa adalah demokrasinya, maka bukankah kita bisa ceria dalam kebersamaan saat pemilu tiba? Tentu sangat bisa,banyak orang baik dan pintar di Negeri ini yang dapat membangun sebuah pemilu yang bersih dan baik dalam sebuah kebersamaan, sebagai Presiden kelak, Bapaklah harapan kami semua. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada Bapak Presiden untuk menyelenggarakan pemilu-pemilu mendatang yang lebih baik. Aamiin.
Dari Rakyat Indonesia yang rindu kedamaian, Siti Salamah Azzahra.