Hari ketujuh belas pada bulan keempat di tahun ini adalah hari penentu rangkaian masa yang begitu panjang untuk menuju istana bagi dua pasang putra-putra terbaik bangsa. Momen itu bernama Pemilihan Presiden, istimewanya, pemilihan presiden tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena bersamaan dengan pemilihan wakil rakyat dari tingkat kabupaten hingga pemilihan wakil rakyat yang bakal duduk di Senayan.
Berbagai rangkaian menuju penentuan itu sudah banyak dilakukan, seperti berkampanye dengan turun ke daerah-daerah, mengadakan berbagai event saling dukung mendukung, hingga pertarungan di meja podium melalui program debat. Kegiatan-kegiatan yang seharusnya menonjolkan citra diri, saling unjuk program, unjuk citra, unjuk kreativitas, unjuk intelektualitas dan berbagai unjuk berbagai hal positif yang ada di masing-masing calon presiden dan wakil presiden, nyatanya belum sesuai dengan harapan masyarakat. Saat ini justru saling serang kekurangan masing-masing, saling menyudutkan akan kepincangan masing-masing dan yang terparah adalah saling membuka borok dan aib satu sama lainnya.
Begitu pula isu-isu yang diangkat dalam beberapa waktu terakhir, kedua capres lebih sering membicarakan tentang ekonomi dan infrastruktur, padahal masih banyak hal lain yang harus diperhatikan seperti isu-isu keberagaman, isu hak asasi manusia, isu hubungan dengan dunia internasional dan yang tidak kalah pentingnya isu lingkungan.
Jika kita mengingat pada debat terakhir yang dilakukan antara Jokowi dan Prabowo, isu lingkungan memang diangkat oleh kedua calon, namun isu-isu lingkungan dibahas masih sangat parsial, masih fokus pada titik-titik masalah yang dianggap besar seperti bekas galian tambang, kebakaran hutan dan juga alih fungsi hutan menjadi perkebunan, yang lebih parah lagi, perdebatan yang dilakukan malah berujung pada saling serang pada kepemilikan ribuan hektar hutan dari masing-masing kubu.
Data Pantauan dari website www.iklancapres.id menunjukan bila isu lingkungan jarang diangkat bila dibandingkan dengan isu-isu lainnya.
Program lingkungan yang dikemukakan oleh kedua calon tidak ada satu pun yang bersifat holistik dan menyeluruh, padahal ada hal yang sangat krusial yang mereka lupakan yaitu permasalahan sampah plastik. Sampah plastik begitu banyak bentuknya, yang paling kita kenal karena hampir setiap hari kita menggunakannya adalah kantong plastik atau lebih familiar dengan istilah “kresek”.
Data www.iklancapres.id menunjukan bila permasalahan sampah dan penceramaran laut dalam keseluruhan isu lingkungan hidup tidak menarik untuk menjadi materi kampanye.​
Kenapa harus memikirkan kantong kresek? Kresek adalah jenis plastik yang paling banyak digunakan di masyarakat Indonesia. Pergi berbelanja ke pasar dibungkus kresek, beli kebutuhan rumah ke mini market dibungkus kantong kresek juga, bahkan hanya untuk membeli bakso saja dibungkus kantong kresek. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terkesan sepele, jika tidak dipikirkan oleh para capres dari mulai sekarang, permasalahan kantong kresek bisa menjadi masalah yang sangat besar. Kita masih ingat pemberitaan tentang matinya ikan paus di perairan timur Indonesia yang di dalam perutnya penuh dengan plastik, kita juga masih ingat menggunungnya sampah-sampah plastik di banyak sungai di Indonesia, kita juga masih terbayang bagaimana sampah-sampah plastik mengotori lingkungan, bahkan para nelayan di Pangandaran yang menggunakan jala tarik saat ini lebih mendapatkan banyak plastik di jalanya ketimbang ikan yang didapat.
Nelayan Jala Tarik tengah mengambil ikan-ikan kecil yang didapat diantara sampah-sampah plastik
Pertanyaan selanjutnya apa pentingnya permasalahan kantong kresek? Kantong kresek adalah simbol masyarakat, kantong kresek adalah simbol kehidupan sosial di masyarakat. Banyak kegiatan di masyarakat yang berujung dibagikan kantong kresek yang berisi bingkisan, banyak kegiatan antar masyarakat yang saling tukar kantong kresek yang berisi hidangan, bahkan banyak pula calon-calon legislatif yang membagikan “sembako” kepada calon pemilihnya dengan menggunakan kantong kresek. Permasalahan kantong kresek adalah permasalahan keluarga, permasalahan lingkungan RT, permasalahan lingkungan RW, permasalahan lingkungan desa dan kelurahan, permasalahan kecamatan, permasalahan kota dan kabupaten, permasalahan provinsi dan nyatanya, permasalahan kantong kresek dan sampah plastik adalah permasalahan nasional yang harus benar-benar dipikirkan. Tidak ada satup pun pernyataan dan materi kampanye yang fokus membahas sampah dan kantong kresek, bagaimana mengurangi ketergantungan kepada kantong plastik, bagaimana penanganan sampah dari mulai lingkungan RT hingga kota dan provinsi, sehingga sampah tidak lagi memenuhi selokan-selokan, sampah plastik tidak lagi memenuhi sungai-sungai dan sampah plastik tak lagi mengotori laut-laut Indonesia.
Semoga kedepannya, tak ada lagi kampanye tanpa kresek. Artinya kampenya akan membahas isu-isu lingkungan secara holistik dan menyeluruh
Berbagai materi kampanye dan debat yang dilakukan tidak ada yang memikirkan hal ini, bahkan bisa dibilang, tidak ada satu pun program yang gagas yang bermula dari lingkungan terkecil, keluarga. Bagaimanapun, program besar pada bidang lingkungan tidak akan sukses bila tidak melibatkan unsur terkecil dari sebuah negara yaitu keluarga. Padahal, tidak hanya program lingkungan saja, program ekonomi bisa sukses apabila ada kesadaran tinggi dari sebuah keluarga dalam masyarakat, ada semangat tinggi dari mulai lingkungan keluarga dan ada mimpi besar yang dimulai dari lingkungan keluarga. Sungguh, saya sangat meyakini bila Presiden yang terpilih kelak dicintai banyak keluarga sehingga jutaan keluarga bergerak bersama akan mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Waktu tersisa menjelang hari pemilihan tentu diharapkan tidak ada lagi kampanye tanpa kresek, artinya, kampanye akan juga memikirkan isu-isu lingkungan hidup secara holistik dan menyeluruh di samping banyak isu lainnya. Buat apa ekonomi bagus bila lingkungan rusak, karena di lingkunganlah kita hidup dan berkehidupan. Sehingga dalam lima tahun mendatang kita bisa hidup lebih sehat di lingkungan yang sehat, hidup sehat dalam ekonomi yang sehat, hidup sehat dalam lingkungan yang beragam dan saling toleransi dan hidup sehat dalam Indonesia yang maju dan sejahtera.