Ketahanan atau endurance dalam membaca anak-anak Indonesia masih sangat lemah, hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi orang tua, guru maupun secara luas pendidikan di Indonesia. Kok bisa?
Ketahanan Membaca
Ketahanan membaca memang didefinisikan menjadi beberapa pendapat, ada yang melihat bahwa ketahanan membaca berarti kekuatan seseorang yang diukur dari lama waktu membaca, ada juga yang mengukur ketahanan membaca dari banyaknya teks yang terbaca, ada juga yang direlasikan dengan kekuatan mengingat, artinya apakah seseorang masih ingat paragraf pertama saat masuk ke paragraf kedua? ada juga yang menggambarkan ketahanan membaca seperti itu.
Lebih Baik dari Amerika Serikat?
Versi Global English Editing 'World Reading Habits 2018' merilis, Indonesia berada di peringkat ke-16 dunia sebagai negara dengan ketahanan lama membaca. Orang Indonesia rata-rata menghabiskan 6 jam 15 menit waktu membaca setiap minggunya. Bahkan menurut kepala Perpusnas saat itu mengatakan bahwa Indonesia lebih baik dari Amerika Serikat.
Namun menurutnya, ini bukan menggambarkan kompetensi membaca masyarakat Indonesia, namun hanya sebagai parameter awal. Ia menjelaskan, tingkat selanjutnya adalah penerapan apa yang didapatkan dari subjek yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari.
Studi Kasus AKM Kelas
Dalam sebuah diskusi dan analisa tentang hasil AKM kelas, ada sesuatu yang menarik terkait soal-soal literasi. Peserta AKM berkecenderungan salah menjawab atau kurang tepat menjawab bila teks wacana (stimulus) lebih panjang, padahal beberapa jawaban ada yang tersirat langsung dalam teks wacana.
Ketahanan membaca memang masih menjadi PR besar untuk stakeholder pendidikan, secara luas bagaimana meningkatkan literasi anak, saya meyakini, bila semangat literasinya tinggi, ketahanan anak-anak indonesia dalam membaca bisa terus meningkat baik secara waktu, secara kuantitas teks yang terbaca dan juga kualitas hasil bacaannya.