Membangkitkan Bahasa Daerah Sebagai Bahasa Ibu Melalui Rumah Mainan Anak

Membangkitkan Bahasa Daerah Sebagai Bahasa Ibu Melalui Rumah Mainan Anak

Oleh | Minggu, 09 Juli 2023 09:23 WIB | 1.400 Views

Punahnya 11 bahasa daerah di Indonesia pada beberapa tahun terakhir seperti di ungkap Badan Bahasa pada tahun 2016 lalu menandakan betapa terseok-seongnya Bahasa daerah bersaing dengan banyak Bahasa yang hadir di Indonesia khususnya, kepunahan ini ibarat seleksi alam yang terjadi pada Bahasa, Bahasa yang kuat dan banyak yang melestarikannya cenderung lebih kuat bertahan ketimbang Bahasa-bahasa daerah yang sedari awal memang dikuasai oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia, bahkan ada Bahasa daerah yang tinggal dikuasai oleh satu orang saja. Banyak factor tentunya yang mempengaruhi punahnya banyak Bahasa daerah, salah satunya adalah ketidakmampuan sebuah generasi menjadikan Bahasa daerah menjadi Bahasa Ibu kepada generasi selanjutnya. Ketidakmampuan itu didorong dari factor internal seperti kesadaran untuk melestarikan Bahasa daerah dan juga tekanan factor dari eksternal seperti lingkungan, teknologi yang ada disekitar serta perubahan gaya hidup dari masyarakat itu sendiri.

Tidak sedikit yang menerjemahakan Bahasa ibu adalah Bahasa dari Ibu seorang anak, padahal Bahasa Ibu adalah Bahasa yang diperkenalkan pertama kali saat seorang bayi lahir dan tumbuh berkembang. Tidak sedikit pula dari masyarakat kita yang langsung memperkenalkan Bahasa Indonesia kepada bayi ketimbang memperkenalkan Bahasa daerah, hal ini disebabkan karena ada ketakutan anak tidak bisa berhasa Indonesia, padahal menerapkan Bahasa Indonesia kepada anak bisa menjadi Bahasa Ibu kedua setelah Bahasa daerah, ditambah lagi saat anak masuk usia sekolah, mau tidak mau anak akan dikenalkan Bahasa Indonesia sebagai pengantar pembelajaran. Yang lebih parah lagi, sebagian masyarakat kita ada yang menganggap bahwa seseorang yang menggunakan Bahasa daerah dalam berbicara sehari-hari disebuat kampungan atau terbelakang, tidak sedikit kasus seorang anak di bully karena berbicara terlalu medok atau terlalu bau Bahasa daerah.

Memperkenalkan Bahasa daerah kepada anak sebagai upaya untuk membangkitkan kembali Bahasa daerah sebagai Bahasa Ibu juga bukan hal yang gampang ibarat membalikan telapak tangan, banyak sekali tantangannya dan juga butuh metode yang tepat untuk melakukannya. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk memperkenalkan Bahasa ibu pada anak adalah dengan menyisipkan Bahasa daerah pada benda-benda yang terdekat dengan anak itu sendiri, benda yang mudah diakses dan benda yang memang menjadi kegemaran seorang anak kecil atau balita. Benda itu tiada lain adalah mainan, mainan-mainan ini bisa disisipi Bahasa daerah secara langsung dimainanannya itu sendiri atau sebagai pengantar dalam penggunaannya. Mainan-mainan itu dibuat secara berbenjang sesuai dengan usianya, mainan-mainan itu dikumpulkan dalam sebuah wadah yang bernama Rumah Mainan Anak.

Rumah mainan anak tidak hanya berbicara tentang wujud fisik dari kumpulan mainan anak saja, rumah mainan anak juga harus meliputi metode penerapannya dan berbagai hal tentang bagaiaman mainan-mainan yang ada bisa secara efektif di gunakan. Mainan yang ada tiko mainan atau di toko-toko online umumnya menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, sangat sedikit sekali mainan yang menggunakan Bahasa daerah, tuntutan keuntungan dari produsen mainan sangat mempengaruhi jenis mainan yang diproduksi, sebagian besar berasumsi dengan membuat mainan berbahasa Indonesia atau inggris akan lebih laku dan meraup untung besar ketimbang, Oleh karenanya, selain menyediakan mainan anak, Rumah main anak harus menyediakan bagaimana panduan untuk membuat sebuah mainan itu sendiri yang seseuai dengan norma, informasi peruntukan berdasarkan usia dan berbagai hal mendasar dalam memproduksi sebuah mainan anak.

Mainan anak berbahasa daerah prinsipnya sama dengan mainan yang ada sekarang, ambil contoh adalah flash card, umumnya flashcard adalah berbahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, maka Rumah main anak akan memandu bagaimana membuat flashcard berbahasa daerah, contoh lainnya adalah banyaknya buku bantal yang beredar justru menggunakan Bahasa asing, padahal buku bantal adalah media yang tepat untuk memperkenalkan berbagai perbendaharaan kata berdasarkan gambar, oleh karenanya diperlukan pula buku-buku bantal yang berbahasa daerah. Selain mainan-mainan yang bersifat fisik, mainan yang bersifat digital yang tertanam dalam berbagai perangkat elektronik umumnya berbahasa inggris, semisal mainan piano yang dilengkapi dengan tombol-tombol binatang yang berbunyi saat ditekan lebih menggunakan Bahasa inggris ketimbang Bahasa daerah.

Konsep rumah main anak selain pemasangan Bahasa daerah dalam mainannya itu sendiri, Bahasa yang digunakan sebagai Bahasa pengantar saat membimbing anak dalam menggunakan mainan itu harus menggunakan Bahasa daerah pula, dengan demikian penyampaikan sebuah Bahasa daerah akan lebih mudah karena dibantu dengan sebuah media mainan.

Rumah main anak dalam penerapannya bisa dilakukan secara fleksible, dalam artian bahwa konsep rumah main anak bisa dibuat dalam lingkungan keluarga dengan membuat tempat khusus yang berisi mainan anak berbahasa daerah atau juga Rumah mainan anak bisa dibangun dalam lingkungan tertentu seperti dilingkungan RT atau kampung, bedanya, jika diimplementasi untuk lingkungan RT atau kampung diperlukan tempat khusus untuka anak bermain mainan-mainan yang tersedia.

Berkembangnya teknologi informasi saat ini juga bisa menjadi jalan untuk membangun sebuah Rumah mainan anak berbasis online ataupun aplikasi di perangkat bergerak, di media ini bisa disajikan berbagai informasi bagaimana membuat mainan anak berbahasa daerah yang baik dan jika memungkinkan pula media ini bisa dijadikan alat untuk memasarkan berbagai produk mainan anak baik yang modern maupun tradisional yang menerapkan Bahasa daerah dalam alat dan penggunaannya sehingga memudahkan masyarakat dalam upaya membangkitkan Bahasa daerah sebagai Bahasa ibu dengan media mainan anak.

Membangkitkan Bahasa daerah sebagai Bahasa ibu tentu akan banyak tantangan, rintangan dan juga perjuangan, namun dengan semangat yang kuat dari generasi yang ada sekarang dan ditambah dengan adanya media atau alat yang membantu, Bahasa daerah yang mendekati kepunahan sekarang ini bisa dicegah dan di bangkitkan kembali.

Sumber gambar badanbahasa.kemdikbud.go.id


Baca Full Text (PDF) Diary Siti Salamah Azzahra






Edukasi Lainnya
Tahap Perkembangan Anak Menurut Sigmund Freud
Kamis, 20 Juni 2024 07:23 WIB
Tahap Perkembangan Anak Menurut Sigmund Freud
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu.
Apa itu Merdeka Belajar?
Sabtu, 12 Agustus 2023 01:26 WIB
Apa itu Merdeka Belajar?
Merdeka belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.
Pentingnya Mendaftarkan HAKI atas Karya Cipta Akademik di Era Digital Saat Ini
Senin, 08 Mei 2023 00:10 WIB
Pentingnya Mendaftarkan HAKI atas Karya Cipta Akademik di Era Digital Saat Ini
Karya cipta atau produk akademik saat ini sudah seharusnya segera didaftarkan paten maupun HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) mengingat dalam dunia digital, plagiarisme, duplikasi ide dan gagasan bahkan pencurian ide hingga naskah sering terjadi. Lalu apa pentingnya?
Bangkitkan Bahasa Daerah Lewat  Nyanyian Ibu
Minggu, 09 Oktober 2022 16:54 WIB
Bangkitkan Bahasa Daerah Lewat Nyanyian Ibu
Kepunahan Bahasa daerah hampir dialami oleh setiap negara di dunia ini, hal ini disebabkan karena banyak faktor, salah satu sebabnya adalah semakin sedikitnya penutur untuk setiap Bahasa dan juga derasnya tekanan Bahasa global yang digunakan untuk saling berkomunikasi di era informasi saat ini