“Lagi lagi aku terhenti langkah disini, dimana satu senti lagi ku meraih sebuah mimpi.” Baru saja aku dapatkan kabar menarik dan membahagiakan untuku, tapi tidak untuk ibuku. Ya, betapa tidak? Aku berusaha sejak 7 bulan lalu untuk mengikuti seleksi beasiswa kuliah di China tapi sekarang itu menjadi pena di atas putih yang tak bermakna.
“ Citra, jika kamu pergi ke China, siapa yang akan merawat ibu yang sudah renta ini?” ujar beliau dengan kerut keningnya.. aku terdiam sejenak sambil menggerutu dalam hati “ Oh ibu kenapa kau menghentikan mimpiku lagi, kenapa ayah harus pergi secepat ini, kenapa aku tak bisa seperti orang lain?” ku tarik sedalam-dalamnya nafas dan ku lihat ibu dengan rasa kesal, akupun segera bergegas ke ruang kamarku. Masih menempel kertas putih berpena merah di dinding ungu itu, bercerita tentang apa yang ku inginkan selama tahun 2013 ini, dan ternyata lagi dan lagi mimpi itu tak sempat ku ceklis. “ Citraa… sayang makan dulu nak.” Ujar ibu dibalik pintu. Aku yang berada dalam kamar kala itu tak menjawab karena masih menggerutu, belum lagi ku lihat poto poto ayah di bingkai tua yang semakin ingin ku menangis membahana, sungguh tak ku sangka mimpinya ayah belum bisa ku wujudkan ia bergegas pergi untuk bersegera menghadap pemilikNya, dan meninggalkan aku putri kecil kesayanggannya. “ Ayah kenapa tak kau biarkan aku pergi kesana, mengapa harus kau ucapkan bahwa kau tak bisa menemani kami lagi di dunia ini?” ujarku pada album biru. Tak lama setelah itu ibuku mengetuk pintu “ Citraa, mau bantu ibu kan?” bujuknya , aku segera keluar dengan sedikit meminta bibirku untuk tersenyum.
Dalam masa liburan menunggu hari perpisahan sekolah aku bersama ibu bekerja di suatu rumah, ibuku adalah seorang pembantu rumah tangga, dulu saat aku masih sekolahpun aku selalu membantu ibu, awalnya sih karena aku ingin punya uang saku yang lebih besar tapi semua itu kadang terpatahkan oleh teman temanku yang berbeda kasta dia memanggilku “Citra Babu” justru itulah yang membuatku semakin semangat untuk mewujudkan mimpiku. Selain itu aku senang berjualan gorengan dan donat di sekolah apa yang ku masak itu yang akan menjadi rezeki bagiku. “Citra, kamu mesti ikhlas ya menjalani hari, tetap semangat nu peurih bakal menang peurah kasihani ibu yaa sayang yaa sekarang tugas alm. ayah menjadi tugas ibu” kata ibu sambil berkaca–kaca menatapku. Lagi lagi aku hanya bisa mengheningkan cipta dan menteskan air mata. Selain mengajar di madrasah terkadang aku bingung apa yang harus kulakukan setelah ini masa iya aku harus menganggur begini setiap hari, karena ternyata mencari sesuap nasi itu tak semudah yang aku pikirkan dulu
. Akhirnya aku memutuskan bekerja di salah satu perusahaan China berbekal ijazah SMK dan sertifikat kejuaraan bahasa mandarin akhirnya aku di terima di perusahaan itu. Saat aku memasuki perusahaan tersebut tak ada yang salah pikirku, aku berpakaian tertutup layaknya seorang muslimah namun ketika hari pertama aku dapati hampir 95% karyawan tidak memakai hijab, padahal aku tahu bahwa tetangga yang merekomendasikanku adalah seorang muslimah yang di lingkungannya memakai hijab. “ Ya sudahlah… bismillah saja semangat senyum dan taqwa selalu ya Citra” Ujarku mengelus dada. Detik pun terus berlari mengejar waktu, satu persatu karyawan di bagian administrasi datang, daaaan oooops kulihat mereka sama sepertiku bermata sipit namun aku tak setinggi para admin disini, Huhuhu, berhubung aku seorang yang percaya diri membuat aku tak kesulitan untuk beradaptasi. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan berjalan dengan baik dan rasa penasaran ku yang ambigu. Selama itu aku tak pernah menjumpai pemillik utama perusahaan ini yang katanya adalah seseorang yang menyimpan ketidaksukaan pada agamaku, yaa Islam. Beliau sedang ada di China belum pulang ke Indonesia, perusahaannya kini di pimpin oleh 2 putri cantiknya yang baik dan ramah, walau kadang ada kesenjangan diantara kita, di perusahaan ini terdapat dua kantor yang satu bagian produksi manufaktur dan alhamdulilah aku di terima di bagian kantor walaupun hanya aku satu satunya yang berhijab. Satu dua hari kemarin ada beberapa karyawan yang menginginkan memakai hijab sepertiku, karena di bagian produksi hampir semuanya tidak berhijab, mereka menangis karena menyambung hidup keluarga dengan menggadaikan hijabnya, dan itu tidak berlaku untuku kala itu aku masih bebas memakai jilbab sesuai yang diperintahkan.
Cerita curhatan itu menjadi bumerang untuku selepas kedatangan bos besar. Malamnya ku dengar isak tangis di penghujung mimpi indahku, sesekali ingin ku buka mata dan melihat siapa yang menangis tengah malam, apakah ia masih dalam bagian mimpiku? Pengaduannya lewat sebuah tangis membuatku segera membuka mata, perlahan ku dekati pintu itu dan ternyata ibu… iya, beliau ibuku malam ini yang menjadi alasan untuk terbangun dan tertegun lewat doa yang ia ujarkan “Ma fi qolbi ghoirullah, Ya Allah entah mengapa malam ini aku rindu pada suamiku, ku mohon jaga ia dalam alam barzah ampunilah dosanya muliakanlah selalu suamiku, sampaikan padanya bahwa aku masih bisa merawat dan menjaga putri kecilmu disini walau lelah dan kesah karena aku tak sekuat dulu.”
Ku duduk di tepat kerjaku masih teringat dengan doa ibu semalam maka dari itu aku berusaha bagaimana aku bisa mendapatkan uang yang lebih banyak, dan tak terkira Mr. Kim datang dari China dan memanggilku. “Citra apa yang kau katakan kepada Mr. Manooj kemarin?” “Mmm.. Saya mengatakan jika saya berhijab karena perintah agama saya jika ada yang salah dengan kelakuan saya atau yang beragam islam tolong jangan salahkan islamnya” ujarku gemetar, beliau terbahak-bahak dengan jawabanku “Citra kamu masih menganggap kalau Tuhanmu itu menciptakan semuanya termasuk kejahatan yang seringkali pelakunya itu dari agamamu? aku terdiam tak biasa berkata menahan isak yang tersimpan dalam degupan hati, sakit, sakit memang “ Coba buktikan jika tuhanmu menciptakan semuanya”.. Ya Allah, Apa yang mesti kujawab aku hanya menangis dan akhirnya aku ingat “ Mister, apakah menurut mister dingin dan gelap itu ada? .. “Halah, kamu bocah bertanya itu pada saya, pikirkan dulu sebelum bertanya apa hubungannya dengan pertanyaan kamu itu kurang bisa menyerap urusan ya pantas saja orang islam jarang yang kaya toh umatnya saja seperti kamu tidak cerdas” “Astagfirullah, bapak saya mohon jangan sangkutpautkan dengan agama saya agama yang sempurna saya hanya bertanya ada tidak dingin dan gelap itu” “kamu…!! masih 18 tahun belagu sekali saya jawab ya ada bodoh !!” ujarnya padaku aku tak bisa menahan tangis “Bapak sangat salah besar, karena sebenarnya dingin dan gelap itu tak ada, ia hanya keadaan dimana ketiadaaan panas elemen yang ia butuhkan layaknya dingin yg di dalamnya tak partikel yang bereaksi dan gelap yang artinya ketiadaan cahaya karena sebuah cahaya dapat kita ukur sedang gelap tidak!” dia hanya nyengir dan meminta pertegasan jawabanku
“ Bapak, Agama saya adalah agam yang sempura apa bapak melihat laporan kinerja saya yanng terhambat gara gara berhijab? Tidak bukan? Dan saya ingin memberi tahu bahwa agama saya tidak menciptakan kejahatan, karena sekali lagi anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.”
“Tuhan(Allah) tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia.” Dan ia pun memberi surat PHK padaku sungguh yang ku ingat hanya ibu, namun untung putrinya menginginkan aku tetap bekerja disini, karena ada kepentingan disana begitu pula denganku yang ingin mensyiarkan berhijab dan membebaskan muslimah agar bisa berhijab disini.
Alhamdulilah, setelah lima belas hari setelah perdebatan Allah memberi hadiah terindah kami semua karyawan di bebaskan berhijab walau masih ada unsur jilboobs disana, dan aku pun tak lama disini setelah ujian yang menempaku ku tulis semangat bersyiar dalam sebuah web dan fan page untuk muslimah ku beri nama demuslimah, hingga akhirnya niatku memperbaiki diri di karunia pemuda yang shaleh yang bersegera menikahiku,aku tak malu menikah dini, melanjutkan mimpi dan bersyiar lewat tulisanku ku pahami kembali ayat-Mu, “Bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S. Al- Insyirah : 6), karena yakinlah Janji Allah itu pasti.. bermantralah kembali, ALLAH memberi pasti lagi dan lagi, tercatat dalam diari.