Daftar Isi
Dewasa ini, kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya. Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut.
Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah paham. Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penyusun berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian, dan kata popular.
Diksi dalam artian yang pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penyusun dan pembicara. Atinya yang kedua adalah enusiansi kata. Diksi juga merupakan seni bicara yang jelas sehingga dapat di pahami oleh pendengar.
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Pengertian diksi atau pilihan kata jauh lebih luas dari apa yang di pantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja di pergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang di pakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga meliputi fraseeologi, gaya bahasa yang di ungkapkan. Fraseologi mencakup pesoalan kata-kata pengelompokan atau susunannya atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan.
Selain itu diksi menurut pendapat lain adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.
Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya . Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung dalam sebuah kata secara objektif. Makna denotatif (denotasi) lazim disebut 1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya. Contohnya ada terdapat dalam Wanita dan perempuan secara konseptual sama ; gadis dan perawan secara denotatif sama maknanya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual sama maknanya. Istri dan bini secara konseptual sama.
Makna konotasi adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual . Makna konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Dalam kalimat“ Megawati dan Susilo Bambag Yudhoyono berebut kursi presiden.” Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono tarik-menarik kursi Karena kata kursi berarti jabatan presiden. Makna konotatif dan denotatif brhubungan erat denagan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada suatu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus, sedangkan denotatif maknanya umum.Kalimat dibawah ini menunjukanhal itu
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang bersifat Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh ), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata itu dapat memngandung arti kiasaan yang terjadi dari makna denotative referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini. Perhatikan contoh dibawah ini.
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang mengandung sebuah kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan dalam golongan kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam dalam kata yang bermakna konotasi.
Makna umum dan makna khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin cepat.
Perhatikan contoh berikut:
A. Kata umum: melihat.
Kata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
B. Kata umum: berjalan.
Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap.
C. Kata umum: jatuh.
Katakhusus:terjengkang,tergelincir,tersungkur,terjerembab, terperosok,terjungkal.
Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata konkret , seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah dicerap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak , seperti gagasan dan saran.Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan . Sinonim ialah persamaan makna kata . Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk ejaan, dan pengucapannya.
Contoh:
1) Agung, besar, raya
2) Mati, mangkat, wafat, dan meninggal.
3) Cahaya, sinar
4) Ilmu, pengetahuan
5) Bodoh, tolol dan lain-lain
Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya: tata buku, tata bahasa, daya tahan, dan lain-lain. Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya: bank, valuta, dan lain-lain.
Perubahan Makna
Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya, pengembangan diksi tejadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu ,bahasa berkembang dengan sesuai kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan, dan penggeseran makna.
Faktor penyebab perubahan makna:
1) Kebahasaan
Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.
a) Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan.
Contoh dalam kalimat.
Paman teman saya belum nikah
Paman, teman saya belum nikah
Paman, teman, saya belum nikah
Paman, teman, saya, belum nikah
b) Perubahan struktur frasa: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis anak), anak dokter (aanak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter).
c) Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk. Contoh; tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- maka menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin.
d) Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah. Perhatikan kalimat berikut:
Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.
Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui seharusnya mengetahui.
Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.
Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena sudah diketahui sebelumnya.
2) Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita . Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan nya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibandingkan wanita.
3) Kesosialan
Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna.
Contoh; petani kaya disebut petani berdasi, militer disebut baju hijau.
4) kejiwaan
Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan: rasa takut, kehalusan ekspresi, dan kesopanan. Perhatikan contoh berikut ini:
a) Tabu:
Pelacur disebut tunasusila
Germo disebut hidung belang
b) Kehalusan:
Bodoh disebut kurang pandai
Malas disebut kurang panadi
c) Kesopanan:
Ke kamar mandi disebut kebelakang
Gagal disebut kurang berhasil.
5) Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orang terhormat diganti dengan VIP.
6) Kata Baru
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut, memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan komunikasi. Pethatikan penggunaan kata: jaringan, kinerja,dan justifikasi.
Jaringan kerja untuk menggantikan network
Justifikasi untuk menggantikan pembenaran
Kinerja untuk menggantikan performance.
7. Homonim, Homofon, Homograf
a. Homonim
Homo artinya sama, nym berarti nama, jdi homonim adalah sama nama, sama bunyi tetapi beda makna, contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam perjudian.
b. Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna contoh :
Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
c. Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna, contoh :
Ular kobra itu bisanya mematikan
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pulang karena latihan
Kalimat1 (satu) kerap kita dengar dalam aktivitas bermasyarakat kalau kita amati. Terdapat dua kesalahan dalam pemakaain bentuk gabungan itu, kesalahan pertama, dalam sebagian kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat pertama tidak diperlukan, cobalah baca kalimat pertama tanpa kata mana, jadi bunyinya berubah seperti ini. Dalam rapat yang dihadiri oleh para ketua RT dan Rw.
Kalimat 2 (dua), pada bagian besar kalimat ini terjadi salah pakai bentuk gabung di mana tidak boleh dipakai dalam bentuk kalimat. Fungsi di mana dan yang mana bukan sebagai penghubung klausa-klausa, baik dalam sebuah kalimat maupun penghubung antar kalimat. Kalimat ini harus dipecah menjadi dua:
2) Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dengan, di, dan ke
3) Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat, perhatikan contoh yang salah berikut ini.
a) Sampaikan salam saya dengan Dona
b) Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
Kata dengan pada kalimat diatas harus diganti dengan kepada, jika tidak kepada siap salam ditujukan. Kata dengan tidak cocok dipakai untuk kalimat diatas karena dengan dapat berarti bersama.Senada dengan kekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian yang keliru juga sering terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya diisi oleh kata pada dan kepada. Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, waktu, sedangkan kepada harus diikuti nama/jabatan orang atau kata ganti orang. Contoh:
1) Buku agendaku tertinggal di rumah Andi
2) Jangan menoleh ke kiri
3) Permohonan cuti diajukan kepada direktur
4) Kesalahan Pemakaian Kata berbahagia
Dalam pertemuan formal ditengah masyarakat, kita sering mendengar kata berbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh pembicara lain. Umumnya kata berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal suatu acara ketika pembicara menyapa hadirin, seperti contoh yang keliru berikut ini.
a) Selamat malam dan selamat dating ditempat yang berbahagia ini
b) Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk...
Mengapa pemakaian dalam kalimat 1 dan 2 dikatakan keliru, karena berbahagia bukan kata sifat. Jika pada kata berbahagia diganti kata sifat misalnya, aman ,indah, bersih, tentu saja kalimatnya benar.
Majas atau gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan majas ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penyusun. Sedangkan menurut Goris Keraf, suatu majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu kejujuran, sopan-santun dan menarik. Majas juga diartikan sebagai bahasa kias, bahasa yang dipakai untuk menciptakan suatu efek tertentu. Majas nerupakan bentuk retoris yang penggunaanya untuk memunculkan kesan imajinatif dari pendengar maupun pembaca.
A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.Contoh:
Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
Semanis madu.
Sedalam laut.
Secantik bidadari.
Sesegar udara pagi.
Perumpamaan secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana, umpama.
Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya.Contoh:
Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu
Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
Kelaparan masih tetap menghantui rakyat Etiopia.
Nina tangkai hati ibu.
3.Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.Contoh:
Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
Matahari mulai merangkak ke atas.
Kabut tebal menyelimuti desa kami.
4. Alegori
Alegori pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)
B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
2. Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
3. Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
4. Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
5. Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
6. Paradok adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
8.Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.Contoh:
Majas pertautan dibedakan menjadi:
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.Contoh:
2. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.Contoh:
Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.Contoh:
4. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
D. Majas Perulangan
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
Gaya bahasa berdasarkan nada yang dihasilkan pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu:
1. Gaya bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang mudah dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku pelajaran, penyajian fakta, dan pembuktian.
2. Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan kaidah sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan, misalnya: dalamseminar, kekeluargaan, dan kesopanan.
3. Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud degnan penuh tenaga, menggunakan pilihan kata yang penug vitalitas, energi, dan kebenaran universal. Gaya ini menggunakan kata-kata yang penuh keagungan dan kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca dan pendengarnya. Gaya ini sering digunakan untuk menggerakkan massa dalam jumlah yang sangat banyak.
Arifin, Zaenal, dkk. 1991. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa
Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.