Aku tak mampu jujur saat kau menanyakan, siapa diriku?
Bahkan akupun belum sepenuhnya mengenal diriku.
Semesta sudah tau jalan mana yang harus ku lalui, para pemimpi yang berjiwa besar dengan kerapuhan yang sedang ditata dengan sebaik-baiknya teka teki yang terpecahkan.
Menulis. Itu yang bisa ku tuangkan dalam lembaran kosong di masaku yang terbatas.
Aku syarat dengan aturan-Nya, aku tak ingin keberkahan hilang dari jalanku. Usah kau tanyakan apa maksudku jika engkau telah menelan huruf demi huruf dalam menghabiskan waktumu.
Aku tak punya banyak waktu, jika hanya membiarkan detik ku berlalu.
Mungkin, engkau tak sama denganku, tapi percayalah kifarat dosaku yang teramanahkan padaku takan membuat diriku menjadi lemah, ia menemaniku menemui tempat dimana aku banyak bersyukur karena banyak kifarat yang “Ia” timpakan pada umatnya melebihi diriku. Sudahlah.
Aku hanya ingin bilang, tetaplah bercengkrama dengan jarimu, berilah kebermanfaatan untuk dirimu lewat apa yang bisa kau lakukan, dan ini bukan sekedar sastra tapi pertanggungjawaban terhadap dunia dan akhiratmu, salam berkarya dalam keterbatasan.