Pancasila dan Degradasi Berbahasa Indonesia

Pancasila dan Degradasi Berbahasa Indonesia

Oleh | Minggu, 03 Juni 2018 23:51 WIB | 1.767 Views

Awal bulan keenam setiap tahunnya diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila, ideologi Bangsa Indonesia yang jauh bertahun-tahun silam lahir sebagai sebuah kesepakatan, sebuah pemahaman bersama akan mimpi tumbuhnya sebuah bangsa yang maju, sejahtera dan juga beradab. Hari ini, Pancasila semakin tua tentu usianya, sudah seharusnya semakin ternanam kuat dalam hati masyarakat Indonesia, namun nyatanya banyak yang tidak memahami arti Pancasila itu sendiri bahkan tidak sedikit yang justru mempermasalahkan Pancasila itu sendiri.

Rendahnya pengamalan Pancasila pada generasi milenial saat ini jelas terlihat di berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah bahasa. Generasi milenial dengan berbagai problematikannya mengalami degradasi dalam kualitas berbabahasa, berbahasa Indonesia tentunya. Jangankan jauh berbicara sastra yang tingkatannya lebih tinggi dari sekedar berbahasa, untuk berbicara pun sudah sangat jarang yang menggunakan bahasa yang baik dan benar, cenderung kasar dengan berbagai panggilan untuk karakteristik tertentu yang disamakan dengan hewan hingga rendahnya kemampuan memilih kata (diksi) sehingga menghadirkan sebuah perkataan yang jauh dari lembut dan ketimuran.

Jejaring sosial (social media) menjadi tempat terfavorit untuk generasi milenial sekarang dalam berekspresi, ruang untuk berbicara. Ditempat ini sering kita jumpai ujaran kebencian, kualitas "status" yang jauh dari bahasa yang baik dan sopan. Sungguh jauh dari karakteristik masyarakat yang mengamalkan Pancasila.

Bahasa dan Pancasila

Pancasila lahir dengan diksi terbaik dari bahasa tingkat tinggi, sejenak bila kita melihat tiap silanya. Sila pertama misalnya yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa, sebuah kalimat yang memiliki makna mendalam tentang pentingnya hidup berketuhanan, yang saling bertoleransi dalam menjalankan setiap ajarannya. Andai saja generasi saat ini mengamalkan satu saja dari Pancasila ini, tentu setiap ucapannya, setiap perkataannya akan mencerminkan mahluk yang taat kepada Tuhannya, ucapannya akan baik, setiap kata yang dikeluarkan benar-benar dipikirkan, jangan sampai Tuhan murka akan perkataan kita yang secara bahasa tidak bagus dan dapat membuat sakit hati banyak orang.

Contoh lain yang dapat kita temui adalah diksi dalam sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebuah kalimat yang dalam, pemilihan kata Keadilan adalah hal yang luar biasa, kenapa tidak memilih kata "pemerataan", karena keadilan tidak hanya bicara tentang pembagian yang merata, tetapi maknanya lebih luas. Begitulah bahasa Pancasila yang begitu baik dan berkualitas.

Pancasila dan Kualitas Berbahasa

Sebuah pertanyaan yang harus kita jawab bersama, apakah ada korelasinya ketika sebuah generasi yang "tidak cinta" Pancasila akan menyebabkan degradasi berbahasa? secara pribadi saya mengakui bahwa masyarakat yang tidak berhati Pancasila akan sangat mudah untuk mengalami degradasi dalam berbahasa, karena bahasa seyogyanya adalah cerminan hati, jika hati bersih maka bahasa yang keluarpun akan bersih dan lembut, sebaliknya apabila hati kotor, penuh kebencian, penuh emosi maka bahasa yang digunakannya pun akan kotor dan penuh kebencian.


Baca Full Text (PDF) Diary Siti Salamah Azzahra






Sudut Pandang Lainnya
Pergantian Presiden Ada Kemungkinan Ganti Menteri, Akankah Kurikulum Pendidikan Juga Berganti?
Kamis, 04 Juli 2024 21:41 WIB
Pergantian Presiden Ada Kemungkinan Ganti Menteri, Akankah Kurikulum Pendidikan Juga Berganti?
Pergantian kepemimpinan di tingkat nasional selalu membawa dinamika baru dalam pemerintahan, tidak terkecuali di Indonesia. Setiap kali presiden baru terpilih, sering kali terjadi perubahan susunan kabinet, termasuk posisi menteri-menteri strategis seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kuatnya Bahasa Indonesia dalam Pergaulan Internasional, Sekuat Negaranya
Jum'at, 29 Juli 2022 07:54 WIB
Kuatnya Bahasa Indonesia dalam Pergaulan Internasional, Sekuat Negaranya
Mau tidak mau, suka tidak suka, pernyataan bahwa, kuatnya sebuah negara sangat dipengaruhi oleh kedigdayaan negara asal bahasa itu sendiri. Ibaratnya, seseorang yang suka terhadap lawan jenis, maka ia akan sekuat tenaga mempelajarinya, termasuk bahasa yang dia gunakan.
Wattpad yang Semakin Digandrungi Generasi Kini, Apa Sebabnya?
Selasa, 29 Maret 2022 08:22 WIB
Wattpad yang Semakin Digandrungi Generasi Kini, Apa Sebabnya?
Sepertinya Wattpad makin populer saja di Indonesia, platform yang dikenal di Indonesia dengan kumpulan karya cerpen maupun jenis tulisan lainnya ini saat ini menempati satu dari sekian website dan aplikasi yang banyak digunakan oleh generasi Z, kenapa ya?
Mahasiswa dan Dosen Tak Ingin Lagi Tatap Muka?
Selasa, 20 April 2021 22:28 WIB
Mahasiswa dan Dosen Tak Ingin Lagi Tatap Muka?
Mendengar kabar hasil survey Universitas Indonesia terkait perkuliahan tatap muka atau daring? hasilnya memang cukup membuat gaduh sosial media, karena bila dilihat dari keseluruhan hasil survey ternyata baik mahasiswa maupun dosen lebih suka pembelajaran daring daripada pembelajaran tatap muka. Bagaimana yah?