Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden dalam rangkaian Pilres 2019 tahun ini selalu ditunggu oleh masyarakat, baik untuk pendukung salah satu calon untuk menguatkan alasan untuk memilihnya 17 april mendatang, atau swing voter yang berharap segera dapat menentukan pilihan setelah selesai acara debat.
Ada hal menarik yang ditemui seusai debat semalam. Pertama, tentang bagaimana kedua pembicara yaitu calon wakil presiden selalu tersenyum sepanjang acara. Seperti diketahui bersama, senyuman akan membantu menghilangkan grogi dan membuat Anda terlihat tenang, walaupun mungkin Anda sedang cemas.
Kedua, meminjam pernyataan Dale Carnegie, "bicaralah tentang mereka, pasti kamu akan didengarkan".
Calon wakil presiden dari nomor urut 01 begitu luar biasa. Kita sepakat bahwa salah satu yang harus dilakukan pembicara adalah buatlah pidatomu 'memorable' atau selalu dikenang. Pak Amin melakukannya dengan cantik. Dengan mengeluarkan jurus ayat, hadits dan kalimat-kalimat berbahasa Arab sejak awal pidato, Kak Yai berhasil menunjukkan kemampuan keilmuan beliau.
Nah, di akhir pidato, beliau setidaknya melakukan tiga hal. Pertama, memuji apa yang dilakukan pemerintah sebelumnya sebagai dasar mereka bergerak lima tahun kedepan. Ini pernyataan yang sangat santun.
Kedua, pak Amin melakukan jeda sejenak dan menyatakan bahwa beliau memang sudah tidak muda lagi, namun Ia menjamin akan melakukan yang terbaik. Ini pernyataan yang rendah hati tanpa mengurangi esensi dari semangat yang ada dalam dirinya.
Ketiga, pak Amin membuat sumpah "Demi Allah". Ini adalah pernyataan yang mengejutkan. Diramu dengan suara beliau yang lunak dan tak buru-buru, these three point was memorable.
Namun, dari ketiga hal luar biasa dari Pak Amin adalah bagaimana ia tampil sangat percaya diri dan menujukan semangat yang luar biasa, hal ini tentu mematahkan anggapan kubu lawan yang menganggap bahwa Pak Amin tidak bisa bicara dan cenderung pasing, nyatanya hal ini terbantahkan semuanya.
Good Job Pak Kyai..!
Lalu bagaimana dengan Sandiaga Uno?
Sebagai penantang, Sandiaga Uno juga tampil begitu luar biasa. Sandiaga memberikan harapan dengan menghapus UN. Ini adalah tentang mereka, tentang momok UN yang membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar pelajar. Kemudian Ia berjanji akan melanjutkan program Gus Dur dengan meliburkan sekolah selama Ramadhan.
Mengambil kalimat, contoh atau kebijakan tokoh besar sebagai materi pidato adalah salah satu cara untuk menarik perhatian audiens. Sandiaga melakukan itu dengan ciamik.
Kemudian di bagian akhir, Sandi mengajak orang mengeluarkan KTP. Menurut ilmu retorika dalam pembelajaran bahasa dan diakumulatifkan dengan ilmu komunikasi massa, ini namanya 'call to action'. Salah satu cara menutup pidato dengan mengajak orang bergerak.
Dengan tenang, Sandi mengeluarkan dompet menggunakan tangan kanan dan tangan yang satu memegang mic, kemudian mengeluarkan KTP. , kenapa KTP nya harus dikeluarkan dulu dari dalam dompet? Kenapa tidak langsung dikantongi di dalam jas saja? Ini bagian dari gimmick. Karena 99% orang menyimpan KTP ya di dalam dompet, bukan di saku.
Sandi kemudian mengajak orang mengangkat KTP nya dan berbicara tentang keunggulan KTP sebagai single identity yang saya pahami dulu saat belajar di jurusan RPL hehe. But,Ini keren karena ini adalah fakta.
Karena kita semua sudah punya KTP di dalam dompet kita, bukan kartu-kartu yang masih bersifat fiksi. Nah, KTP adalah tentang diri mereka (masyarakat), bersifat nyata dan begitu dekat. Maka, berbicara tentang KTP adalah bicara tentang kita, seolah sandi mengungkapkan hal itu kepada penonton.
O iya, Sandi menutupnya dengan waktu yang sangat presisi, 00:00. Good Job Pak!
Kesimpulannya, ternyata semalam kedua tokoh 'bapak-anak' ini berhasil membuka mata kita , bahwa pidato yang dilakukan dengan penguasaan yang baik, disampaikan dengan tulus dan tenang, akan membuat audiens kagum. Seperti sebuah teori mengungkapkan bahwa, Ketika Anda berbicara 'dengan' hati. Perkara mereka menepatinya, itu adalah soalan lain lagi. Atau, Ingat kalimat ini : "jika Anda naik panggung tanpa persiapan, bersiaplah turun tanpa kehormatan".