Mendengar kabar hasil survey Universitas Indonesia terkait perkuliahan tatap muka atau daring? hasilnya memang cukup membuat gaduh sosial media, karena bila dilihat dari keseluruhan hasil survey ternyata baik mahasiswa maupun dosen lebih suka pembelajaran daring daripada pembelajaran tatap muka. Bagaimana yah?
Menurut Kompas, responden survei tersebut terdiri dari 18.923 mahasiswa dan 1.610 dosen dari 14 fakultas, Sekolah Ilmu Lingkungan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, dan Program Pendidikan Vokasi.
Pembelajaran tatap muka penuh menjadi opsi yang paling sedikit dipilih, yaitu hanya 4.542 (24 persen) mahasiswa. Hasil lebih terperinci sebanyak 9.083 (48 persen) mahasiswa memilih KBM bauran dan 5.298 (28 persen) mahasiswa memilih KBM daring penuh. Sementara jika melihat dari survey yang dilakukan dari sisi dosen, 982 (61 persen) memilih blended-learning, kemudian 483 (30 persen) memilih pembelajaran daring penuh. Pembelajaran tatap muka penuh hanya dipilih oleh sisanya, sekitar 9 persen responden.
Behavior Baru Efek Pendemi
Saya melihat bahwa banyak orang yang merasa nyaman dengan pembelajaran daring, alasannya tentu banyak, salah satunya adalah tidak harus pergi dan berangkat ke kampus yang memang diperkotaan sangat menguras tenaga, kita tau bersama bahwa Universitas Indonesia terletak di daerah perkotaan yang memang sangat padat. Survey yang sama saya pikir akan berbeda bila ditempat lain, walaupun hati kecil saya mengatakan tidak akan begitu jauh beda.
Fenomena ini memang tidak bisa dipungkiri akibat kebiasaan yang sudah nyaman dilakukan selama masa pendemi, lebih dari satu tahun sudah. Mahasiswa maupun dosen sudah terlanjur nyaman dengan Zooming atau platform lainnya, sebagian menggunakan Learning Management System semacam Google Classroom. Selain itu, tersedianya infrastruktur yang sudah kadong dibeli dan stabil digunakan membuat mahasiswa maupun dosen merasa pembelajaran menggunakan daring sudah cukup.
Mengembalikan Semangat Tatap Muka
Pastinya tidak mudah, bagaimanapun merubah kebiasaan orang yang sudah berjalan lebih dari satu tahun tidaklah mudah. Namun demikian, saya masih meyakini bahwa pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang terbaik yang ada. Butuh tenaga untuk kampus dan lebih luasnya lagi Pemerintah dalam hal ini untuk mengembalikan semangat civitas akademik untuk kembali tatap muka bila pendemi mereda.
Tidak Meninggalkan Daring Sepenuhnya
Bila suatu hari kembali normal seperti sediakala, pembelajaran daring menurut saya masih harus ada, namun bukan menjadi yang utama. Pelatihan ataupun webinar bisa dilakukan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dengan menghadirkan pemateri yang memang secara fisik sulit untuk dihadirkan didalam kelas, semisal pembicara dari luar negeri. Selain itu, penggunaan LMS yang biasa dilakukan tentu harus terus ditingkatkan.